Sebuah survei yang diinisiasi oleh Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti yang bertujuan mendengarkan suara anak-anak Indonesia terkait dengan pembelajaran tatap muka di masa pandemi COVID-19 mengungkapkan bahwa 78% siswa menginginkan pembelajaran tatap muka. Alasannya sebagian besar dikarenakan siswa mengalami kesulitan dengan beberapa materi pelajaran dan praktikum yang tidak memungkinkan diberikan secara daring (online) dan sudah jenuh dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ) serta butuh variasi pembelajaran tatap muka (PTM).

Survei dilakukan pada 62.448 responden siswa yang berada di 34 provinsi. Dengan proporsi siswa SD mencapai 25.476 anak atau 40,18%, siswa SMP sejumlah 28.132 anak atau 46%. Siswa SMA yang berpartisipasi hanya 3.707 orang atau 5,6%, siswa SMK lebih banyak, yaitu 4.184 orang atau 6,7%, sedangkan siswa SLB yang mengikuti survei sebanyak 49 anak atau 0,08%. Kemudian sisanya 900 anak berasal dari Madrasah 1,44%.

“Jadi anak ini ingin sekolah tatap muka buat bahas materi sulit dan praktikum. Lalu 25% mengatakan jenuh, sisanya ingin konsultasi dengan guru BK dan ada jumlah kekerasan di rumah 134 anak, kemudian ada rindu dengan teman dan lainnya,” ujar Retno Listyarti.

Sedangkan siswa yang mengatakan tidak setuju hanya 6.241 atau sekitar 10% dari total responden. Adapun yang menjawab ragu-ragu mencapai 10.078 siswa atau  sekitar 11,83% dari total responden.

Alasan responden yang menyatakan tidak setuju, yakni sebanyak 40% responden mengaku khawatir tertular COVID-19, 34% responden menilai angka kasus penularan masih tinggi, 3% responden menyatakan bahwa sekolah belum memiliki  infrastruktur adaptasi kebiasaan baru, sisanya belum ada sosialisasi dari sekolah dan sanitasi sekolah dinilai masih buruk.

Retno menjabarkan, siswa yang ingin pembelajaran tatap muka mengungkapkan keinginannya untuk sekolah tatap muka hanya satu hari atau dua hari dalam seminggu. Artinya tiga atau empat harinya tetap pembelajaran jarak jauh.

Meski demikian, Retno menambahkan pihaknya mengapresiasi pemerintah daerah (pemda) yang memutuskan memperpanjang pembelajaran jarak jauh (daring), lantaran alasan kesehatan dan keselamatan siswa dan pendidik di tengah pandemi jadi prioritas.

KPAI mengajukan beberapa rekomendasi seandainya pembelajaran tatap muka diterapkan kembali:

  • Pemetaan secara sungguh-sungguh sekolah yang sudah benar-benar siap dan yang belum siap
  • Pembelajaran tatap muka sebaiknya untuk materi yang sulit dan sangat sulit serta membutuhkan praktikum. Materi sedang dan mudah tetap diberikan secara daring (PJJ).
  • Perlu adanya panduan atau acuan bagi sekolah dan daerah saat akan menggelar PJJ dan PTM secara campuran.
  • Sekolah harus didampingi dan didukung pendanaan untuk menyiapkan infrastruktur dan SOP protokol kesehatan.

Kecermatan dan kehati-hatian tetap harus dikedepankan berkaitan dengan pembukaan sekolah kembali untuk menghindari terjadinya kluster baru di sekolah. Keselamatan dan kesehatan tetap menjadi prioritas tertinggi. Kerinduan adalah hal yang manusiawi, namun jangan sampai mengalahkan akal sehat.

 

Sumber: kompas.com, kontan.co.id

  • Post author:
  • Reading time:3 mins read