Program vaksinasi massal Covid-19 sudah dimulai sejak awal tahun 2021, tepatnya pada Rabu (13/01/2021). Tujuan utama vaksinasi di masa pandemi adalah untuk menciptakan kekebalan komunitas atau herd immunity, demikian diungkapkan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Kekebalan imunitas di tanah air akan bisa dicapai ketika 70 persen penduduk atau sekitar 182 juta jiwa dapat divaksinasi. Ibarat sebuah benteng yang melindungi orang-orang yang berada di dalamnya. Selain itu, program vaksinasi massal diharapkan dapat mengurangi transmisi/penularan Covid-19, menurunkan angka kesakitan, dan kematian akibat virus corona. Target pemerintah, program vaksinasi massal bisa selesai pada Maret 2022.

Kebutuhan jumlah vaksin yang demikian besar menjadi tantangan bagi pemerintah untuk menyediakannya. Nah, sampai saat ini pemerintah sudah memastikan menggunakan enam merek vaksin Covid-19, yakni:

  • PT Bio Farma (Persero)

Ini adalah produsen vaksin dari dalam negeri. Dalam kasus virus corona, Bio Farma membangun dua jalur untuk pengadaan vaksin. Pertama, pemerintah melalui Bio Farma menjalin kerja sama dengan perusahaan vaksin asal China, Sinovac Biotech. Kedua, memproduksi vaksin dalam negeri yang disebut vaksin Merah Putih.

Data terbaru mengungkapkan bahwa Bio Farma sedang mengolah 15 juta dosis bahan baku vaksin yang telah didatangkan hasil kerja sama dengan Sinovac. Sementara untuk vaksin Merah Putih saat ini masih dalam tahap penelitian dan pengembangan.

  • AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin berbasis vektor adenovirus simpanse. Artinya, tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, kemudian dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia. Virus yang dimodifikasi ini membawa sebagian dari Covid-19 yang disebut protein spike, bagian menonjol seperti paku yang ada di permukaan virus corona SARS-CoV-2. Saat vaksin dikirim ke sel manusia, akan memicu respons kekebalan terhadap protein spike, menghasil antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19. Satu dosis vaksin AstraZeneca disebut memilik efikasi sebesar 76 persen terhadap Covid-19 dengan gejala dalam 90 hari pertama setelah vaksinasi, tanpa penurunan perlindungan yang signifikan selama periode ini. Efikasi vaksin setelah pemberian dosis kedua lebih tinggi apabila diberikan dengan interval yang lebih lama yakni mencapai 81,3 persen jika interval pemberian dosis pertama dan kedua mencapai 12 minggu atau lebih.

  • Sinopharm

Perusahaan farmasi milik pemerntah China, Sinopharm, mengumumkan bahwa vaksin virus corona buatan mereka diklaim 79,34 persen efektif melindungi dari infeksi Covid-19.  Adapun angka 79 persen yang dilaporkan dari hasil uji klinis di China juga lebih rendah bila dibandingkan tingkat efektivitas 86 persen untuk vaksin Sinopharm yang menjalani uji klinis fase 3 di Uni Emirat Arab.

  • Moderna

Vaksin Moderna memakai teknologi terbaru berbasis versi sintesis molekul virus SARS-CoV-2 yang disebut “messenger RNA” atau disingkat mRNA. Pada vaksin Moderna mengandung mRNA sintetis dengan kode struktur yang disebut “glikoprotein lonjakan stabil pra-fusi” virus. Dalam kasus ini, mRNA bertugas menginstruksikan sel-sel di dalam tubuh untuk membuat bagian tertentu dari protein lonjakan virus. Kemudian sistem kekebalan melihatnya, mengenalinya sebagai benda asing, dan bersiap untuk menyerang ketika infeksi yang sebenarnya terjadi.

  • Pfizer/BioNTech

Pfizer/BioNTech mengungkapkan bahwa tingkat efektivitas vaksin buatan mereka lebih dari 90 persen dalam mencegah Covid-19.  Vaksin yang dikembangkan bersama BioNTech di Jerman ini terdiri dari instruksi molekuler, dalam bentuk mRNA. Vaksin ini dikembangkan oleh ilmuwan dengan mengambil kode genetik virus yang menginformasikan apa yang harus dibuat pada sel-sel dan membungkusnya dalam lapisan lipid, sehingga bisa menembus sel-sel tubuh. Saat vaksin disuntikkan ke dalam tubuh manusia, maka vaksin tersebut akan memasuki sel-sel tubuh dan memerintahkan mereka untuk memproduksi protein spike virus corona. Vaksin ini kemudian akan memicu sistem kekebalan untuk memproduksi antibodi dan mengaktifkan sel T untuk menghancurkan sel-sel yang terinfeksi.

  • Sinovac Biotech Ltd

Vaksin Sinovac dibuat dengan menggunakan teknologi inactivated virus atau virus yang tidak aktif lagi. Teknologi ini memungkinkan vaksin dikembangkan lebih cepat. Dengan menggunakan inactived virus, pembuatannya banyak menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk dapat memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus, tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius. Selain itu, vaksin inactivated virus juga memungkinkan vaksin lebih mudah disimpan di lemari es dengan standar suhu 2-8 derajat Celsius dan dapat bertahan hingga tiga tahun.

 

Sumber: Kompas.com

  • Post author:
  • Reading time:4 mins read