Rasanya tidak ada kegiatan manusia di muka bumi ini yang tidak terpengaruh oleh pandemi Covid-19. Semua orang tanpa kecuali “dipaksa” oleh benda berukuran luar biasa kecil bernama corona untuk melakukan pembatasan sosial, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengikuti protokol kesehatan, dan seterusnya, bertujuan memutus rantai penyebaran virus. Tidak berlebihan apabila penulis dan sejarawan berkebangsaan Israel yang menjadi pembicaraan banyak orang, Yuval Noah Harari, berpendapat bahwa “Pandemi Covid-19 akan berkonsekuensi besar, tidak hanya di bidang kesehatan, tetapi juga ekonomi, politik, pendidikan hingga seni. Semua bergantung pada pilihan yang diambil. Namun, badai pasti berlalu, umat manusia akan tetap bertahan, tetapi dunia yang akan kita tinggali akan berbeda.”
Di dunia pendidikan, salah satu kegiatan atau momen yang selalu ditunggu adalah wisuda. Sebuah peristiwa penting dalam kehidupan siswa yang menjadi semacam stempel pengesahan karena berhasil menyelesaikan sebuah jenjang pendidikan, setelah berjuang sekian tahun. Barangkali akan muncul perasaan ada yang kurang ketika tidak ada wisuda, ada yang terlewatkan. Apa mau dikata, pandemi meniadakan kemeriahan acara wisuda di sekolah dan di kampus, sehingga tidak bisa merayakan bersama teman, guru, serta orang tua. Ada yang kemudian meniadakan acara wisuda dengan berbagai pertimbangan, tapi ada juga sekolah atau kampus yang tetap menyelenggarakan acara wisuda meskipun dilakukan dengan bentuk tidak seperti biasanya. Ternyata situasi darurat bukan menjadi kendala untuk memunculkan kreativitas dan inovasi momen istimewa tersebut.
Sebuah perguruan tinggi di Jepang melaksanakan wisuda dengan bantuan robot sebagai pilihan. Robot dihadirkan sebagai ganti para wisudawan untuk menjalani prosesi. Wisudawan tidak hadir dan berkumpul di dalam satu ruangan sebagai bagian dari physical distancing. Yang menarik, robot yang diberi nama Newme tersebut “didandani” layaknya wisudawan, mengenakan toga berwarna hitam, dan dengan bantuan roda bisa berjalan. Meskipun para mahasiswa digantikan robot, namun tetap bisa bergabung di acara wisuda melalui aplikasi Zoom, wajah setiap mahasiswa ditampilkan lewat layar yang dipasang di bagian atas robot. Lain lagi dengan yang dilakukan oleh sebuah universitas di Surakarta. Tanpa mengurangi keabsahan dan kekhidmatan wisuda, dipilih cara telekonferensi menggunakan aplikasi Webex dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Sekolah Stella Maris menjadi salah satu sekolah yang tidak ingin melewatkan momen penting kelulusan para siswanya. Tanpa mengabaikan aturan pembatasan sosial dan protokol kesehatan, muncul kreativitas menyelenggarakan prosesi wisuda dengan cara yang berbeda, tetap berkesan, serta tidak mengurangi makna. Berpegang pada prinsip menghindari terjadinya kerumunan dan menjadi tempat berkumpul, Sekolah Stella Maris memilih pelaksanaan prosesi wisuda dengan cara drive thru. Garis besarnya adalah siswa datang ke sekolah, turun dari mobil di titik yang sudah ditentukan di area sekolah, dilakukan pengalungan medali, selanjutnya langsung pulang ke rumah masing-masing. Momen ini ditanggapi secara positif oleh orang tua murid dan siswa. Mereka merasa bangga, penuh suka cita, serta kesan yang mendalam, di samping mengobati kerinduan karena sudah kurang lebih 2 bulan tidak datang ke sekolah.