Meski usianya masih terbilang sangat muda, 15 tahun, Gitanjali Rao sudah meraih berbagai penghargaan bidang sains sejak 2017. Dan di tahun 2020 ini, ia dinobatkan oleh majalah Time sebagai “Kid of The Year”. Sebuah penghargaan bergengsi yang dicapai setelah mengungguli kurang lebih 5000 kandidat pelajar lain. Wajahnya terpampang di sampul depan majalah Time dengan sebutan “scientist and inventor”. Ini kali pertama majalah Time membuat kriteria “Kid of The Year”, setelah sebelumnya hanya ada “Person of The Year” Wow, luar biasa!

Dilansir dari Kompas, Gitanjali Rao terbiasa membaca secara rutin informasi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT Tech Review) dan sumber informasi lain terkait ilmu pengetahuan dan teknologi, karena memang memiliki ketertarikan sangat besar pada bidang tersebut. Rasa ingin tahunya yang amat tinggi membuatnya sering mempertanyakan banyak hal dalam hidup. Salah satunya adalah bagaimana cara membuat semua orang tersenyum. Pertanyaan yang membuatnya terdorong mencari penyelesaian atas berbagai persoalan. Dikutip dari wawancara dengan majalah Time, Gitanjali Rao menuturkan,”Generasi kami menghadapi berbagai persoalan yang belum pernah ada sebelumnya. Di sisi lain, kami juga menghadapi masalah lama. Kita sedang berada di tengah pandemi global baru dan tetap menghadapi masalah HAM.”

Lahir dari ayah dan ibu yang sama-sama berprofesi sebagai insinyur, Gitanjali Rao, yang namanya berarti ‘kidung persembahan’, banyak dibantu memahami aneka informasi dan berbagai persoalan kompleks dengan istilah sederhana. Terkadang pertanyaan Rao, nama panggilannya, membingungkan sang ibu. Ia yang pada waktu itu masih berusia 10 tahun bertanya tentang cara memanfaatkan tabung karbon nano untuk melacak kandungan timbal dalam air. Di MIT Tech Review tertulis, tabung tersebut dibuat untuk mendeteksi gas berbahaya. Rao berpikir untuk menggunakannya memeriksa kandungan timbal, senyawa yang bisa menyebabkan berbagai penyakit jika terserap tubuh. Setelah berbagai percobaan, ia menghasilkan sebuah alat yang diberi nama Tethys, diambil dari nama dewi air dalam mitologi Yunani. Secara sederhana Tethys adalah kotak berisi aneka sensor yang dilengkapi dengan tabung karbon nano. Kotak itu mampu memeriksa kandungan kimia dalam air dan mengirimkan hasilnya ke aplikasi di ponsel. Tethys mengantarkan Rao memenangi Discovery Education 3M Young Scientist Challenge 2017.

Selain penghargaan tersebut, di 2018 Rao memenangi TCS Ignite Innovation Student Challenge 2018 dan President’s Environmental Youth Award (PEYA) dari Badan Lingkungan Hidup (EPA) AS. Kemudian pada 2019, ia masuk dalam daftar “30 Under 30”, daftar 30 orang berpengaruh di dunia dan belum berusia 30 tahun, yang disusun oleh majalah Forbes.

Gitanjali Rao menyebut kedua orang tuanya sebagai pahlawan yang memungkinkannya tertarik pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta membantu mewujudkan apa yang ia pikirkan menjadi kenyataan. Sampai saat ini ia bertekad bukan hanya menciptakan sesuatu untuk menyelesaikan masalah dan berharap orang lain bisa melakukan hal serupa. Ia membentuk kelompok belajar bersama yang melibatkan 30.000 pelajar dari banyak negara.

Semoga apa yang dilakukan oleh Gitanjali Rao bisa menginspirasi anak muda lain di seluruh dunia.

  • Post author:
  • Reading time:3 mins read