Program vaksinasi COVID-19 semakin gencar dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penularan virus Corona. Sejauh ini sudah ada dua jenis vaksin yang digunakan di Indonesia, yaitu vaksin Sinovac dan AstraZeneca. Ketahui apa perbedaan vaksin AstraZeneca dan Sinovac.

Meski memiliki tujuan yang sama, yaitu melindungi tubuh dari paparan virus Corona, ada beberapa perbedaan vaksin AstraZeneca dengan Sinovac.

Perbedaan paling mendasar dari vaksin AstraZeneca dan Sinovac adalah kandungannya. Vaksin Sinovac menggunakan virus tidak aktif (inactivated virus), sedangkan vaksin AstraZeneca menggunakan vektor adenovirus simpanse.

Di samping kandungannya, ada beberapa perbedaan vaksin AstraZeneca dan Sinovac, yaitu:

  • Jadwal pemberian vaksin

Jadwal pemberian vaksin dosis pertama dan kedua untuk AstraZeneca jaraknya 8–12 minggu, sedangkan Sinovac jaraknya 2–4 minggu. Meski demikian, dosis yang direkomendasikan oleh WHO untuk kedua vaksin ini adalah sama, yaitu 0,5 ml untuk setiap kali suntik dan diberikan sebanyak 2 kali untuk setiap orang.

  • Penyimpanan dan distribusi vaksin

Untuk vaksin AstraZeneca, maksimal lamanya penyimpanan adalah 6 bulan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2–8 derajat Celsius. Jika dikeluarkan dari lemari pendingin, vaksin ini dapat bertahan pada suhu 2–25 derajat Celsius selama maksimal 6 jam. Vaksin ini tidak boleh dibekukan dan harus digunakan dalam waktu 6 jam setelah dibuka. Sementara itu, vaksin Sinovac bisa disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2–8 derajat Celsius dan dapat bertahan hingga 3 tahun. Vaksin ini juga harus terhindar dari paparan sinar matahari langsung.

  • Efektivitas vaksin

Perbedaan vaksin AstraZeneca dan vaksin Sinovac selanjutnya terletak pada nilai efikasi atau efektivitasnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efektivitas vaksin AstraZeneca dalam mencegah COVID-19 adalah 76%, sedangkan vaksin Sinovac sebesar 56–65%. Meskipun ada perbedaan dari segi efektivitasnya, baik vaksin AstraZeneca maupun Sinovac terbukti dapat menurunkan risiko munculnya gejala berat COVID-19, mencegah perburukan kondisi, dan mempersingkat durasi rawat inap apabila terinfeksi virus Corona.

  • Efek samping vaksin

Efek samping vaksin AstraZeneca dan Sinovac secara umum sama, yaitu nyeri di lokasi suntikan. Selain itu, ada beberapa efek samping yang juga dapat muncul, yaitu: rasa lelah, diare, nyeri otot, demam, sakit kepala. Efek samping ini bersifat ringan dan dapat hilang dalam 1–2 hari. Untuk mengatasinya, Anda dapat mengonsumsi paracetamol, ibuprofen, aspirin, atau antihistamin, sesuai efek samping yang dirasakan. Namun, jangan mengonsumsi obat-obatan tersebut sebelum vaksinasi dengan tujuan untuk mencegah efek samping. Meskipun jarang, bisa juga muncul beberapa efek samping vaksin yang tergolong berat, di antaranya: peradangan di sekitar sumsum tulang belakang, anemia hemolitik, demam tinggi. Jika Anda mengalami efek samping berat setelah menerima vaksin COVID-19, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan. Terlepas dari risiko terjadinya efek samping tersebut, vaksin AstraZeneca dan Sinovac telah dinyatakan memenuhi standar internasional oleh WHO, baik dalam proses pembuatan, keamanan, maupun efikasinya.

Sambil menunggu jadwal vaksinasi maupun setelah vaksinasi, tetap terapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus Corona. Selalu kenakan masker saat di luar rumah, jaga jarak dengan orang lain, hindari kerumunan, rajin cuci tangan, serta jaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi dan beristirahat yang cukup.

 

Sumber: Alodokter.com

Foto: Freepik

 

Untuk informasi dan pendaftaran sekolah Stella Maris School, Hubungi :

Whatsapp : 081389535377
Instagram : @stellamaris.sch
Email : info@stella-maris.sch.id
Video Kegiatan Siswa : Youtube Stella Maris

  • Post author:
  • Reading time:3 mins read