Perkembangan seorang anak bisa diamati dari berbagai aspek, perkembangan fisik, emosional , maupun sosial. Perkembangan fisik paling mudah dilihat atau diamati, atau bisa diukur. Lalu, bagaimana halnya perkembangan emosional dan sosial anak yang tidak mudah dilihat? Bagaimana mengetahui apakah perkembangan emosional dan sosial anak Anda berjalan dengan baik, sesuai dengan tahapan usianya?
Pada dasarnya, perkembangan emosional seorang anak berkaitan dengan kemampuannya mengenali, memahami, dan mengendalikan emosi yang ia rasakan. Setiap anak memiliki ciri yang berbeda. Sebagai contoh, ada anak ketika kesal akan melempar benda atau bahkan memukul, sedangkan anak yang lain menangis atau hanya diam saja. Perilaku tersebut boleh jadi merupakan salah satu ciri bahwa ia belum mampu mengendalikan emosi dengan baik. Sedangkan perkembangan sosial adalah kemampuan anak bekerjasama dan berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Sebagai contoh, memberi perhatian terhadap penjelasan guru di sekolah, atau berpindah aktivitas dengan mudah. Harapannya ke depan, anak mampu menyelesaikan pertengkaran, punya rasa peduli, atau mau sabar menunggu.
Orang tua mempunyai peran penting dalam memastikan proses perkembangan emosional dan sosial anak berjalan dengan baik. Prinsipnya, membangun keterampilan emosional sosial adalah mengajarkan anak dapat memahami dan mengontrol emosinya, termasuk saat ia menghadapi konflik. Keterampilan tersebut sangat berpengaruh pada pembentukan karakter dirinya, dan berguna hingga saat beranjak dewasa.
Apa ciri yang mudah kelihatan berkaitan dengan keterampilan emosional sosial anak sudah berkembang dengan baik?
- Anak mampu membangun hubungan dengan orang di lingkungannya
- Anak mampu berinisiatif, menemukan hal baru, bermain, dan belajar.
- Anak tekun dan mampu berkonsentrasi dengan baik
- Anak mampu mengatur dirinya sendiri
- Anak memiliki rentang emosi yang luas (tidak mudah lepas kendali)
Berikut ini hal-hal yang perlu dilakukan orang tua dalam membangun perkembangan emosional maupun sosial anak:
- Bermain Bersama Anak
Bermain merupakan salah satu kebutuhan utama seorang anak, terutama di usia 3-6 tahun. Orang tua bisa mendukung perkembangan emosional dan sosial anak dengan cara bermain bersamanya setiap hari. Ajak mereka bermain peran yang berbeda-beda setiap harinya. Sebagai contoh, minta ia menjadi pemimpin dan orang tua sebagai orang yang ia pimpin. Kegiatan bermain akan mengembangkan inisiatif anak untuk melakukan sesuatu.
- Melihat dari Sudut Pandang Anak
Sering bermain atau mendampingi anak akan membuat orang tua belajar melihat sesuatu, termasuk masalah, dari sudut pandang anak. Dengan demikian, orang tua bisa memahami dengan lebih jelas alasan, misalnya, kenapa anak mengamuk atau ngambek. Orang tua bisa menunjukkan rasa empati dan dengan lembut memberitahu cara menyikapi emosi yang ia rasakan.
- Memecahkan Masalah Bersama-sama
Anak biasanya menjadi kesal atau marah ketika ia menemui suatu kesulitan dan tidak tahu bagaimana mengatasinya. Orang tua dapat membimbingnya menghadapi situasi seperti ini dengan mengajaknya mengenali sumber masalah, lalu memecahkannya bersama-sama. Sebagai contoh, saat ia ingin bermain sepeda bersama teman-temannya, ternyata ban sepedanya kempes dan ia pun kesal. Bicarakan baik-baik mengenai penyebabnya, lalu ajak anak untuk memecahkan masalah tersebut bersama-sama. Sebagai contoh, karena ban sepedanya kempes, solusinya adalah memompanya. Setelah ban sepeda tidak kempes lagi, ia pun dapat kembali menaikinya. Tindakan ini sekaligus melatih anak untuk berpikir logis.
- Memberikan Batasan
Dalam mengembangkan keterampilan emosional dan sosial anak, orang tua perlu mengajarkan tentang perbedaan perilaku baik dan buruk, dan seperti apa batasannya. Sebagai contoh, ketika ia marah, ia boleh saja bersikap kesal dengan berteriak atau menangis. Namun, ia tidak boleh memukul karena itu akan membuat orang yang dipukul kesakitan.
Orang tua perlu selalu mendampingi untuk mendukung perkembangan emosional dan sosial seorang anak. Karena dengan demikian, orang tua akan lebih mudah memantau perkembangan kedua aspek tersebut. Anak juga akan lebih mudah mengingat dan menerapkan nasihat yang orang tua berikan. Walau bagaimana pun, orang tua adalah contoh paling baik bagi anak dalam segala hal, termasuk dalam mengendalikan emosi dan bersosialisasi.