Perayaan Imlek akan segera kembali digelar tahun ini, tepatnya akan jatuh pada 25 Januari 2020. Dan tahun baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Lalu, bagaimana asal-usul serta tradisi perayaan ini di Indonesia? Yuk, kita simak.
Sin Cia atau Imlek tidak jauh berbeda dengan tahun baru lainnya. Imlek adalah Tahun Baru Tionghoa. Perayaan Imlek mulai dikenal sejak jaman Dinasti Xia, yang kemudian menyebar ke penjuru dunia, termasuk Indonesia oleh para perantau asal Tiongkok. Tradisi tahunan itu pun dikenal luas sebagai identitas budaya Tionghoa di tanah perantauan.
Kata Imlek (Im=bulan, Lek=penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau Bahasa Mandarin-nya Yin Li yang berarti kalender bulan (Lunar Newyear). Menurut sejarah, Sin Cia merupakan sebuah perayaan yang dilakukan oleh para petani di Tiongkok yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru.
Hari Raya Imlek merupakan istilah umum, kalau dalam bahasa Tiongkok disebut dengan Chung Ciea yang berarti Hari Raya Musim Semi. Hari Raya ini jatuh pada bulan Februari dan bila di negeri Tiongkok, Korea dan Jepang ditandai dengan sudah mulainya musim semi, sehingga perayaan ini juga berkaitan erat dengan pesta perayaan datangnya musim semi. Dahulu, Negeri Tiongkok dikenal sebagai negara agraris. Setelah musim dingin berlalu, masyarakat mulai bercocok tanam dan panen. Tibanya masa panen bersamaan waktunya dengan musim semi, cuaca cerah, bunga-bunga mekar dan berkembang. Lalu musim panen ini dirayakan oleh masyarakat. Kegembiraan itu tergambar jelas dari sikap masyarakat yang saling mengucapkan Gong Xi Fa Cai, kepada keluarga, kerabat, teman dan handai taulan. Gong Xi Fa Cai artinya ucapan selamat dan semoga banyak rezeki. Adat ini kemudian di bawa oleh masyarakat Tionghoa ke manapun mereka merantau, termasuk ke Indonesia.
Perayaan imlek dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama atau yang lebih dikenal dengan istilah Cap Go Meh. Perayaan Imlek meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Sang Pencipta/Thian (Thian=Tuhan dalam Bahasa Mandarin), dan perayaan Cap Go Meh.
Tujuan dari sembahyang Imlek adalah sebagai bentuk pengucapan syukur, doa dan harapan agar di tahun depan mendapat rezeki yang lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan sebagai media silaturahmi dengan keluarga dan kerabat.
Tradisi dalam perayaan Imlek
Lalu apa saja tradisi yang biasa dilakukan saat merayakan Imlek?
- Membersihkan rumah
Menyapu rumah berarti juga membersihkan rumah agar kotoran yang dianggap sebagai simbol kesialan disingkirkan, hingga tersedia ruang yang cukup untuk menampung keberuntungan. Rumah yang bersih juga sedap dipandang mata kan?
Setelah itu, mereka akan menyingkirkan sapu dan sikat dari jangkauan. Mereka juga tidak diperbolehkan menyapu rumah saat hari pertama tahun baru karena berarti mengusir keberuntungan yang sudah hadir di rumah.
- Wajib memiliki unsur warna merah
Menurut kepercayaan orang Tionghoa, nian atau sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung akan keluar saat musim semi atau saat tahun baru Imlek.
Kedatangan mereka pun dilanjutkan dengan mengganggu manusia, terutama anak kecil. Namun jangan khawatir. Menghias rumah, pakaian, dan aksesoris berwarna merah dapat mengusir nian karena ia takut dengan warna merah. Jadi, tidak heran kalau nuansa merah begitu jelas terlihat saat Imlek.
Selain itu warna merah juga memiliki arti akan harapan terhadap hal-hal yang baik di tahun yang baru.
- Angpao
Bagi anak-anak dan masih lajang, Imlek berarti banjir uang karena orang tua atau mereka yang sudah menikah diwajibkan memberikan angpao.
Jumlahnya tidak harus besar. Yang penting berupa uang kertas baru, dan bukannya berbentuk uang logam. Bagi-bagi angpao juga dipercaya makin memperlancar rejeki di kemudian hari. Selain itu pemberian angpao melambangkan harapan orang-orang tua kepada anak muda agar lebih makmur di tahun yang baru.
- Mempersiapkan makanan
Kue keranjang dan jeruk juga menjadi ciri khas Imlek. Tidak hanya itu, saat Imlek mereka juga menyajikan makanan di atas nampan berbentuk, segi 6, segi 8, atau bulat dengan isi yang beragam, seperti buah kering, biji-bijian, kacang-kacangan, dan permen.
Beberapa orang juga menyiapkan makanan keberuntungan seperti mie yang tidak dipotong untuk melambangkan umur panjang, serta kue bola berbentuk uang Tiongkok pada zaman dahulu yang melambangkan kekayaan. Satu lagi, saat Imlek mereka disarankan untuk menghindari makan bubur karena bagi warga Tionghoa, bubur melambangkan kemiskinan.
- Kembang api
Kembang api merupakan salah satu pertunjukan yang sangat populer untuk memeriahkan Imlek, karena suara gaduhnya dipercaya membuat makhluk jahat ketakutan. Akan tetapi, ketika merayakannya di rumah, pastikan bahwa tetangga tidak merasa terganggu dengan suara berisik yang Anda ciptakan.
Imlek pun sangat identik dengan hujan. Bagi sebagian orang, hujan membuat malas beraktivitas, tetapi berbeda untuk masyarakat Tionghoa dikala Imlek, hujan sepanjang perayaan imlek pun dikaitkan sebagai sumber rezeki. Dengan turunnya hujan, maka banyak rezeki yang berdatangan di muka bumi.
Namun, yang sangat penting adalah menyambut Tahun Barun Imlek dengan cara membersihkan hati, menyucikan nurani, dan tekad berusaha lebih baik di tahun mendatang.
- Tidak boleh membalik ikan saat menyantapnya
Menikmati ikan saat Imlek juga sangat unik—ikan yang biasa disantap adalah bandeng. Kita tidak boleh membalik ikan untuk mengambil daging ikan pada bagian bawah. Ditambah lagi, kita tidak boleh menghabiskan ikan tersebut dan menyisakannya agar bisa dinikmati esok hari.
Masyarakat Tionghoa percaya kalau kebiasaan ini merupakan lambang dari nilai surplus untuk tahun yang akan datang.
- Mengunjungi Keluarga Besar
Tidak hanya lebaran, Imlek juga menjadi salah satu momen yang tepat untuk mengunjungi saudara agar tali persaudaraan tidak terputus. Tidak heran jika pada saat-saat tersebut banyak masyarakat dari etnis Tionghoa yang pulang kampung untuk merayakan Imlek bersama keluarga mereka.
Sumber: nationalgeographic.co.id
Foto: pixabay.com