Hadirnya vaksin Covid-19 sering diistilahkan sebagai game changer di tengah pandemi yang tak kunjung usai. Program vaksinasi Covid-19 pun sudah digelar pemerintah sejak awal tahun dan menyasar berbagai kelompok prioritas. Vaksinasi massal merupakan upaya untuk mengendalikan pandemi sekaligus berangsur-angsur memulihkan berbagai sektor kehidupan agar bisa kembali normal, termasuk di dalamnya sektor pendidikan khususnya proses pembelajaran di sekolah.
Sebagai salah satu pilar berjalannya proses belajar mengajar di sekolah, guru diprioritaskan untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Rabu (24/02/2021) menjadi awal dimulainya program vaksinasi massal untuk guru. Presiden Jokowi bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau secara langsung pelaksanaan penyuntikan perdana vaksin Covid-19 yang dipusatkan di SMA Negeri 70 Jakarta. Presiden Jokowi menyatakan,”Targetnya pada bulan Juni nanti lima juta guru, tenaga pendidik dan kependidikan insya Allah sudah bisa kita selesaikan semuanya sehingga di bulan Juli saat mulai ajaran baru semuanya bisa berjalan normal kembali. Saya kira targetnya itu.”
Kerinduan berinteraksi dan bertatap muka di sekolah seperti sebelum terjadinya pandemi sudah dirasakan oleh banyak orang. Sekolah menjadi tempat belajar yang dirindukan para siswa setelah menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar dari rumah sejak pertengahan Maret 2020. Bukan hanya sekolah tatap muka di kelas bersama guru, mereka juga rindu atau kangen bertemu serta bergaul bersama teman-teman di sekolah.
Ketika siswa ditanya bentuk kerinduan mereka, ada yang menjawab kangen teman dan kangen papan tulis. Ada juga yang merasa kalau belajar di sekolah, bisa bertanya langsung ke guru atau teman jika belum mengerti. Namun kalau belajar di rumah, saat orang tua tidak tahu, harus tanya guru melalui pesan WhatsApp. Lucunya, kadang pesan baru dibalas beberapa hari kemudian. Ada juga yang mengatakan belajar di sekolah membuat mereka saling tahu kemampuan teman lainnya, termasuk nilai ujian atau ulangan sehingga memacu diri untuk berkompetisi dan mendorong untuk belajar lebih giat.
Sesungguhnya kangen sekolah memang tak melulu soal belajar dan pelajaran, sebagian siswa kangen sekolah karena rindu suasana sekolah dan bertemu teman. Meski bisa berkomunikasi melalui gawai, kalau bertemu langsung, bisa bercanda dan saling meledek langsung sepertinya lebih menyenangkan.
Psikolog anak dan keluarga di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Anna Surti Ariani mengatakan dari lima aspek tumbuh kembang anak: fisik, kognitif, bahasa, emosi dan sosial, aspek kognitif dan bahasa relatif tidak terganggu akibat pembelajaran di rumah sepanjang orang tua bisa mengajari anak dan membuat anak tidak stres. Sedangkan aspek fisik pasti terganggu karena gerak anak jadi terbatas. Terlebih, anak yang tinggal di rumah kecil, hanya punya satu kamar, tak ada halaman, atau anak yang kurang aktif bergerak. “Kurang gerak pada anak, juga dewasa, rentan memicu depresi yang memengaruhi emosinya”. Aspek sosial juga tidak akan optimal karena belajar di rumah membuat pertemuan anak dengan orang lain jadi terbatas (kompas.id).
Jika memang terwujud, sekolah tatap muka pada Juli 2021 mendatang menjadi tantangan besar semua kalangan, bukan hanya yang berkecimpung di dunia pendidikan. Ada dua prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi yang tetap harus dijunjung tinggi. Pertama, memastikan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai prioritas utama. Kedua, memperhatikan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial seluruh insan pendidikan.