Dalam pengertian umum, disiplin bisa diartikan sebagai ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Mendidik seorang anak agar disiplin jelas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menanamkan kedisiplinan pada anak juga membutuhkan kesabaran serta komitmen Anda, sebagai orang tua. Sejatinya, prinsip mendisiplinkan anak sederhana saja: aturan jelas, sederhana dan yang terpenting konsisten dengan aturan yang dibuat. Semakin Anda konsisten dengan batasan, akan lebih mudah bagi anak untuk tetap berada dalam batasan.

Jane Nelsen  dalam bukunya “Positive Discipline”, menyatakan bahwa untuk mendisiplinkan anak, orang tua mesti kompak. Sebaiknya menghindari agar tidak terjebak saling adu kekuatan dengan pasangan. Orang tua perlu bicara untuk menyamakan visi dalam mendisiplinkan  anak.

Nah, berikut ini beberapa tips agar Anda bisa kompak dalam mendisiplinkan anak:

  • Pola asuh yang dulu Anda terima, memengaruhi cara Anda membesarkan anak

Anda sudah pasti mengambil banyak nilai yang ditanamkan oleh orang tua Anda dulu. Mencari tahu latar belakang bagaimana dulu Anda dan pasangan dibesarkan, bisa memberi gambaran bagaimana gaya pengasuhan yang dianut pasangan dan juga Anda. Coba bertanya pada pasangan, mengapa dia memilih gaya disiplin tersebut. Dengarkan penjelasannya tanpa diinterupsi. Tanyakan pada diri sendiri apakah ada hal-hal yang Anda tidak setujui dari gaya pasangan dalam mendisiplin anak. Cara ini akan menuntun Anda dan pasangan untuk saling memahami.

  • Ungkapkan perasaan, tidak boleh dipendam

Bila ada cara yang tidak Anda setujui jangan diam saja, utarakan! Sebaiknya setiap sebulan sekali Anda dan pasangan duduk bersama membahas masalah ini. Tuliskan beberapa hal yang mengganjal. Ini kesempatan Anda jujur dan harus saling mendengarkan dan menghargai pendapat masing-masing. Tujuannya bukan untuk menguasai, tapi Anda dan pasangan bisa mendapatkan peraturan dimana Anda berdua bisa merasa nyaman menerapkannya.

  • Sedikit perbedaan tidak menjadi masalah

Mustahil berharap pasangan akan punya pandangan yang sama persis dalam mendisiplinkan anak. Begitu pula, dia juga tidak akan selalu mengikuti semua keinginan Anda. Namun  dengan mempertahakan sedikit individualitas Anda, termasuk saat mendisiplinkan anak, berarti Anda mendidik kecerdasan emosional anak. Anak belajar dari apa yang dia harapkan dari satu orang dewasa lawan orang dewasa lainnya.  Ini adalah hal yang baik.

  • Cari tempat yang tepat untuk berdiskusi dengan pasangan

Ketika Anda dan pasangan mulai bicara strategi mendisiplin anak, pilih tempat tenang, dimana hanya Anda berdua saja. Misalnya malam hari saat anak sudah tidur. Bicaralah dengan kepala dingin. Hindari berbicara atau berdiskusi di depan anak.

  • Nikmati prosesnya, lakukan eksplorasi terus-menerus

Ada berbagai pilihan dalam mendisiplin anak, seimbangkan antara pro dan kontra. Kembangkan satu set peraturan dan konsekuensi yang disetujui bersama. Namun, Anda harus siap untuk menyesuaikannya lagi atau bahkan mengubah seluruh aturan tersebut bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak berjalan dengan baik. Anda dan pasangan harus terbuka untuk kompromi.

  • Selalu satu kata di depan anak, jangan tunjukkan ketidaksetujuan di depannya.

Anak melihat  Anda sebagai  orang yang memberi keamanan dan cinta dalam hidup mereka. Bila anak melihat kedua orang tuanya beradu pendapat, terutama tentang dirinya, bisa menggoyahkan pemahamannya.  Anak bisa marah atau ketakutan dan merasa  menjadi penyebab pertengkaran orang tuanya. Ini bisa menyebabkan kepercayaan dan kesadaran dirinya berkurang.

 

 

  • Cek dan ricek dengan pasangan

Anak memang pintar dan bila Anda merasa dia seperti mengadu domba Anda dan pasangan, ingat untuk selalu satu suara. Misalnya, dia mengatakan kalau ayah mengizinkannya membereskan mainan nanti setelah nonton film, padahal ada aturan langsung mengembalikan mainan ke tempatnya setelah main. Sebaiknya, buat persetujuan bersama jika Anda akan memberi izin setelah Anda berbicara dengan pasangan. Atau katakan padanya dia butuh dua “iya” dari ayah dan bunda sebelum dia boleh melakukan hal tersebut. Ingat, tidak semua butuh jawaban saat itu juga.

  • Saling memberi semangat, terutama bila pasangan merasa tidak nyaman dengan tindakannya saat mendisiplinkan anak

Walapun mungkin Anda sebenarnya tidak terlalu suka dengan caranya menangani situasi, berusahalah untuk berempati pada pasangan dan memberinya dukungan. Cari waktu dimana Anda bisa membicarakan hal tersebut denganya. Buka dengan kalimat lembut yang tidak menghakimi dia seperti, “Tadi tidak mudah, mungkin kamu kesal. Mau membicarakannya?”

  • Hindari membawa nama keluarga, terutama saat Anda tidak setuju dengan pasangan

Jangan ucapkan kalimat ini: “Kamu suka teriak dan marah-marah, sama seperti ayah kamu!”  Bila Anda mengatakan hal itu, sama saja dengan meremehkan pasangan. Dia juga akan semakin bertahan dengan pendiriannya. Hal ini membuat kompromi untuk mencari titik temu solusi cara pendisiplinan anak semakin sulit dicapai.

  • Jangan menyerah bila pasangan tidak mau membicarakan cara mendisiplinkan anak

Memang akan lebih sulit untuk menemukan cara menyatukan pandangan Anda dalam mendisiplinkan anak, tapi Anda tak boleh diam saja.  Anda adalah orang yang paling mengenal pasangan sehingga Anda tahu bagaimana caranya mengajak dia mau membicarakan masalah tersebut. Misalnya, Anda bisa menanyakan apa saja perilaku anak yang membuat Anda kesal dan apa  ide dia untuk mengatasi masalah tersebut.

 

Sumber: ayahbunda.co.id

  • Post author:
  • Reading time:5 mins read