Oleh : F. Prasongko. 

     Salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia adalah menyeragamkan anak-anak, sehingga nyaris tidak menyisakan kesempatan bagi tiap anak untuk berkembang seutuhnya. Akibatnya kita menuai pribadi-pribadi yang tidak berani menjadi berbeda, padahal kita semua adalah ciptaan Tuhan yang unik, dimana tidak ada satupun yang persis sama. Begitu pula menjadi orang tua. Diperlukan ketekunan dan kebulatan tekad berubah dan menjadi orang tua yang berbeda. Tentu saja, kita berubah menjadi orangtua yang lebih baik. Hal hal di bawah ini bisa menjadi jalan keluar bagaimana berinteraksi dengan anak-anak tatkala ada konflik tanpa harus mencederai perasaan masing-masing pihak. 

  1. Conflict Resolution.

        Di tengah-tengah upaya menjadi orang tua yang berbeda, selalu saja ada kendala. Salah satunya saat kita dan anak mengalami konflik. Dengan sekejap semua teori parenting di kepala musnah diganti dengan ledakan amarah. Setelah konflik selesai kita akan menyesali sikap tidak bijak kita. Kebiasaan menyelesaikan konflik sangat dipengaruhi oleh “metode” yang kita pakai dalam menyelesaikan konflik. Terdapat tiga metode dalam menyelesaikan konflik yaitu :  win-lose, lose-win, win-win.

  1. Metode win – lose.

       Saya yang win (menang) dan kamu lose (kalah). Dalam hal ini orangtua memegang otoritas, selalu pada posisi menang. Anak harus tunduk tanpa alasan, tidak ada dialog yang ada hanya aturan dan perintah. Akibatnya anak merasa sakit hati pada orang tua. Ketika orang tua memakai cara ini anak cenderung akan mengikut semua keinginan orang tua, dan selesailah konflik. Namun cara ini tidaklah efektif, karena anak akan merasa kesal, marah, tidak diberi kesempatan untuk memberikan pendapat, merasa tidak didengar, tidak dipahami. Sesungguhnya konflik belum selesai, konflik hanya dipendam. Namun ada saatnya kita harus menggunakan metode ini, yaitu untuk hal-hal yang tidak bisa dinegosiasi karena itu adalah porsi dan wewenang orang tua. Adapun pengaruh metode ini pada anak adalah ;

– Mempertahankan diri, menentang, memberontak, menyangkal.

– Perasaan benci, marah, sikap bermusuhan.

– Menyerang, mendendam, membalas.

– Berbohong, menyembunyikan perasaan.

– Menyalahkan orang lain, mengadu, menipu.

– Berorganisasi melawan orang tua.

– Mengambil hati, menjilat.

– Menarik diri, menghindar, berfantasi, regresi.

– Tidak kreatif, takut mencoba hal baru.

 

  1. Metode lose – win.

      Orang tua sangat lemah di mata anak, sehingga anak seakan pemegang kendali. Orang tua memilih untuk lose sementara anak selalu menuntut win atau dituruti segala kemauannya. Akibatnya anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak menghormati orang tua, guru, atau siapapun. Bagi anak dirinya dan kebutuhannya adalah yang paling penting. Sehingga anak menjadi tidak mampu mengendalikan diri (emosi mudah meledak, suka mengancam, atau bahkan kalau remaja bisa terlibat kekerasan). Kebanyakan orang tua menerapkan cara ini karena tidak mau konflik dengan anak, karena terlalu mencintai anak. Namun anak-anak yang selalu mendapat apa yang diinginkan, justru tidak yakin akan kesungguhan cinta orang tuanya. Adapun pengaruh metode lose – win pada diri anak antara lain :

– Egois. 

– Tidak mampu mengendalikan diri.

– Tidak menghargai milik atau perasaan orang lain.

– Mengalami kesulitan bergaul dengan teman-temannya.

– Memaksakan kehendak pada orang lain.

– Tidak yakin apakah orang tua mencintainya.

  1. Metode win – win.

      Metode ini memberi ruang lebih banyak bagi anak dan mendengarkan mereka dengan empati. Lalu mencoba memberi solusi secara bersama-sama. Sehingga saat solusi tersebut disepakati, anak akan melaksanakannya tanpa merasa terpaksa. Selain itu dengan cara ini kita menghilangkan kebutuhan dan kekuasaan, memperlakukan anak menjadi pribadi yang lebih mandiri dan bertanggungjawab. 

Pengaruh metode ini pada anak antara lain : 

– Anak tergerak untuk melaksanakan penyelesaian.

– Lebih banyak kemungkinan untuk menemukan penyelesaian yang bermutu.

– Mengembangkan keterampilan berpikir anak.

– Tidak butuh pemaksaan.

– Rasa bermusuhan berkurang, cinta bertambah.

– Menghilangkan kebutuhan akan kekuasaan. 

– Memperlakukan anak sebagai orang dewasa.

– Sebagai “terapi” bagi anak.

– Mengena pada masalah yang sebenarnya.

 

  1. Ketrampilan lain yang dibutuhkan terkait dengan penyelesaian konflik dengan anak.

    Langkah-langkah belajar.

         Di dalam belajar apapun, termasuk belajar menjadi orang tua yang berbeda dan lebih baik, kita akan menemukan beberapa tahap  yaitu : Unconsciously Unskilled (tidak menyadari dan tidak terampil)Consciously Unskilled (menyadari bahwa tidak terampil)Consciously Skilled (menyadari dan terampil)Unconsciously Skilled (tidak menyadari bahwa sudah terampil) . Sebagai orang tua, kita mungkin merasa pola asuh mendidik anak kita baik-baik saja, toh orang tua yang lain menerapkan pola asuh yang sama. Inilah yang dinamakan tahap unconsciously unskilled. Kita “belum menyadari” diri kita ternyata belum memiliki atau dilengkapi dengan cara mendidik atau mengasuh anak yang “efektif, benar, dan tepat. Saat kita membaca buku parenting, mendengar seminar, sharing dengan orang tua, baru kita mulai tersadar. Ternyata kita perlu berubah, perlu melatih diri mendidik anak-anak dengan cara yang baru, kita diubah oleh diri kita sendiri. Maka kita mulai masuk ke tahap consciously unskilled, saat untuk kita “tersadar” bahwa diri kita ternyata belum memiliki skill yang memadai. Lalu kita berusaha melengkapi diri dengan membaca lebih banyak buku parenting dan secara sadar menerapkannya dalam relasi sehari-hari dengan anak. Saat kita menghadapi anak kita yang bermasalah, kita mengingatkan diri sendiri untuk mendengarkan dengan empati. Hingga dapat menyelesaikan masalah dengan win-win. Di saat seperti ini kita berada pada “kesadaran”untuk mengembangkan skill kita terus-menerus. Dan kita berada pada tahap consciously skill. Jika setiap hari kita menerapkan pola asuh yang baru tersebut, lama-kelamaan kita secara natural, dan kita akan sealu menyelesaikan masalah dengan anak secara win – win. Inilah tahap unconsiously skilled. Tahap inilah yang ideal. 

disarikan dari berbagai sumber. 

  • Post author:
  • Reading time:6 mins read