Apa itu berpikir kritis?
Mengapa kita harus menguasainya?
Ketika mendengar kata “kritis”, barangkali yang terlintas di benak kita adalah seseorang yang suka menyerang pendapat atau karya orang lain. Padahal, anggapan tersebut lahir dari salah kaprah. Menjadi kritis berarti mempunyai kebiasaan menganalisis dan mengevaluasi bukan saja pemikiran pihak lain namun juga pemikiran kita sendiri. Keterampilan berpikir kritis akan mengajarkan kita untuk mempertanyakan informasi yang kita terima dengan rasional, tanpa harus menjadi agresif. Namun juga bukan berarti kita harus serta-merta menolak setiap informasi yang kita terima, tetapi membiasakan diri untuk menganalisisnya terlebih dahulu sebelum setuju atau tidak setuju, menyangkal atau mendukung, dan seterusnya. Pada akhirnya, keterampilan ini akan membantu kita mengambil keputusan yang lebih baik.
Berpikir kritis bukanlah tentang mencari-cari kelemahan orang lain, melainkan metode berpikir yang lebih hati-hati dan memperhatikan kemungkinan lain yang dapat menghasilkan kesimpulan/keputusan yang lebih baik bagi semua pihak. Keterampilan berpikir kritis mendorong interaksi yang beradab. Sanggahan harus diungkapkan dengan sopan, karena tujuan dari berpikir kritis bukanlah menang-kalah namun mencari keputusan yang terbaik. Keterampilan berpikir kritis memberi kita bekal untuk menyusun pemikiran dengan kepala dingin, sehingga orang lain justru akan melihat bahwa kita tidak sedang membangkang, namun mengungkapkan alasan yang masuk akal mengapa kita tidak setuju.
Seorang pemikir kritis memiliki beberapa ciri yaitu:
- Sistematis
Berpikir kritis berhubungan dengan kemampuan berpikir secara terstruktur dan mengacu kepada metode. Seseorang yang berpikir sistematis tidak bersikap, bertindak, atau membuat keputusan dengan tergesa-gesa.
- Logis
Berpikir kritis juga berhubungan dengan kemampuan berpikir secara logis atau rasional. Kata “rasional” sendiri berarti menggunakan penalaran untuk menyelesaikan permasalahan. Orang yang rasional selalu memiliki alasan kuat yang berdasarkan pemikiran mendalam untuk percaya atau melakukan sesuatu. Ia pun mampu menjelaskan alasan tersebut pada orang lain.
- Objektif
Dalam membuat pertimbangan dan mengambil kesimpulan, seorang pemikir kritis tidak dipengaruhi oleh perasaan atau selera pribadinya terhadap topik yang bersangkutan. Untuk menghindari bias internal yang dapat mencemari penilaiannya, orang yang objektif juga senantiasa berusaha mengevaluasi dirinya sendiri. Karena itu, ia tidak mudah tersinggung oleh kritik.
Richard Feynman, salah seorang pemenang hadiah Nobel bidang fisika pernah berujar, yang menjadi masalah bukanlah orang yang tidak berpendidikan. Masalahnya adalah orang berpendidikan sudah merasa cukup dengan mempercayai apa yang telah diajarkan kepada mereka, dan tidak dididik untuk mempertanyakan apa pun dari apa yang telah diajarkan kepada mereka. Kita mempelajari sesuatu pada dasarnya dengan melakukannya sendiri, dengan mengajukan pertanyaan, dengan berpikir, dan dengan bereksperimen.
Sebagai sebuah institusi pendidikan, Sekolah Stella Maris berkomitmen untuk senantiasa memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Mengenalkan dan mengajarkan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) sebagai salah satu keterampilan yang dibutuhkan di abad 21, menjadi salah satu tugas tenaga pengajar di Sekolah Stella Maris. Dan dengan menguasai keterampilan berpikir kritis siswa diharapkan mampu menjadi seorang problem solver di manapun mereka berada dan menginspirasi di lingkungan sekitar mereka.
“A good teacher does not teach facts, he or she teaches enthusiasm, open-mindedness and values.” (Gian-Carlo Rota)