Dalam buku berjudul “Gen Z @Work: How the Next Generation is Transforming the Work Place” David Stillman dan Jonah Stillman, yang kebetulan adalah pasangan ayah dan anak, menuliskan hasil penelitian mendalam terhadap generasi yang lahir antara tahun 1995 – 2012, yaitu Generasi Z atau Gen Z. Penelitian mendasarkan pada realitas bahwa saat ini Gen Z sudah menyerbu dunia kerja dan memberikan dampak yang besar. Penelitian ini mengungkapkan dengan jelas bahwa mereka sangat fokus dan mempersiapkan karier di usia muda.

Berikut tujuh karakteristik Gen Z yang merupakan hasil kesimpulan dari penelitian tersebut:

  1. Phigital (Figital = Fisik dan Digital)

Bagi Gen Z, dunia nyata dan dunia maya tumpang tindih secara alami. Dunia maya hanyalah bagian dari realitas mereka. Dunia kerja yang lambat beradaptasi dengan solusi digital akan sangat ditantang untuk mendapatkan tempat di dunia figital. Sebanyak 91% Gen Z mengatakan bahwa kecanggihan teknologi suatu perusahaan akan memengaruhi keputusan mereka untuk bekerja di sana.

  1. Hyper-Custom (Hiper-Kustomisasi)

Gen Z selalu berusaha menyesuaikan identitas mereka dan melakukan kustomisasi agar dikenal dunia. Kemampuan mereka untuk mengustomisasi segala sesuatu memunculkan ekspektasi atau harapan bahwa perilaku/keinginan mereka bisa dipahami oleh dunia di sekitarnya. Lima puluh enam persen Gen Z lebih suka menuliskan deskripsi pekerjaan mereka sendiri daripada disodorkan yang sudah ada.

  1. Realistic (Realistis)

Tumbuh paska peristiwa 11/9, dimana terorisme menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, serta resesi ekonomi yang cukup parah, menciptakan pola pikir yang sangat pragmatis. Perguruan tinggi/universitas serta tempat kerja akan berhadapan langsung dengan sikap realistis ini. Dalam lingkungan kerja, hal ini bisa menimbulkan kesenjangan cukup lebar dengan milenial idealis yang menduduki posisi manajer garis depan.

  1. FOMO (Fear of Missing Out)

Gen Z memiliki kekhawatiran yang besar ketinggalan informasi. Mereka takut tidak update, ketinggalan gosip, isu terbaru, dan menjadi tidak relevan di kalangan teman-temannya. Kabar baiknya hal ini menjadikan mereka selalu terdepan dalam tren dan kompetisi. Namun kabar buruknya mereka selalu khawatir jika bergerak kurang cepat dan tidak menuju arah yang benar. Sehingga manfaatkan kemampuan Gen Z dalam “mengintip” dan gunakan kemampuan Gen Z dalam mengambil risiko di lingkungan kerja.

  1. Weconomist

Gojek, Grab, Airbnb merupakan beberapa contoh bahwa Gen Z hanya mengenal dunia dengan ekonomi berbagi (shared economy). Gen Z sangat berharap dan senang apabila dapat bermitra dengan atasan mereka untuk bisa memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Sebanyak 93% Gen Z mengatakan bahwa kontribusi sebuah perusahaan kepada masyarakat akan memengaruhi keputusan mereka untuk bekerja di perusahaan tersebut atau tidak.

  1. DIY (Do-It-Yourself)

Gen Z adalah generasi do-it-yourself. Tumbuh dengan YouTube, yang dapat mengajarkan mereka bagaimana melakukan apa saja. Gen Z percaya bahwa mereka dapat melakukan apa saja sendiri. Sebanyak 71% Gen Z mengatakan bahwa mereka percaya frasa “jika Anda ingin itu dilakukan dengan benar, maka lakukan sendiri!”

  1. Driven (Terpacu)

Gen Z sangat kompetitif, sehingga akan ada usaha ekstra dalam mencapai sesuatu, dan ini tidak dimilki oleh generasi terdahulu. Sejumlah 72% Gen Z menyatakan bahwa mereka kompetitif terhadap orang yang melakukan pekerjaan sama.

Sekolah Stella Maris selalu menyelaraskan proses belajar mengajar dengan kebutuhan siswa-siswanya. Dengan memahami tujuh karakteristik tersebut, sekolah dapat belajar tentang apa yang Gen Z cari dalam karier mereka.

  • Post author:
  • Reading time:3 mins read