Ada hal yang baru di bidang pendidikan, yaitu sistem zonasi. Ini sistem penerimaan siswa baru yang diterapkan satu tahun yang lalu. Dirasa banyak kekurangan, maka dilakukan revisi sehingga muncul sistem yang baru.
Namanya masih sama. Hanya saja, ada sedikit perbedaan. Dan perbedaan tersebut dilakukan sebagai respon dari apa yang dirasakan oleh orang tua yang memiliki anak. Mereka merasa sistem membuat mereka semakin kesulitan untuk memasukkan anak ke sekolah baru.
Selain itu, ada juga tujuan yang lain, yaitu untuk memastikan semua warga negara mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik. Bukankah itu tujuan yang mulia? Lalu apakah sistem zonasi yang diterapkan oleh Kementrian Pendidikan selaras dengan tujuan tersebut?
Perbedaan Sistem Zonasi yang Lama dengan yang Baru
Sistem ini lebih bersifat mengatur bagaimana pemerimaan siswa baru di sebuah institusi sekali. Ada aturan yang rigid mengenai siapa saja yang berhak untuk diterima di sebuah sekolah.
Dari namanya, sebenarnya bisa ditebak seperti apa aturan ini. Jadi, sistem zonasi merupakan sistem yang dibuat agar sekolah menerima siswa yang rumahnya berada di zona tersebut. Tujuannya agar anak tidak bersekolah di sekolah yang jauh dari rumah.
Kenapa ini menjadi penting? Karena pemerintah ingin sekali orang tua tidak terbebani dengan biaya sekolah. Sekarang, biaya SPP sudah digratiskan oleh pemerintah. Sekolah juga mendapatkan dana BOS untuk membiayai berbagai operasional sekolah.
Sayangnya, hal tersebut belum bisa membuat biaya sekolah murah. Banyak orang tua yang masih keteteran dengan biaya transportasi. Ternyata, ini disebabkan banyak anak yang sekolah di lokasi yang jauh dari rumah. Akibatnya, anak harus pulang dan berangkat sekolah dengan menggunakan alat transportasi. Inilah yang justru sangat membebani.
Untuk itu, dibuatlah sistem zonasi. Satu tahun yang lalu, sistem tersebut diterapkan dan sayangnya terjadi banyak kekacauan. Banyak orang tua yang merasa sistem ini membuat anak yang berprestasi tidak bisa bersekolah di sekolah favorit. Karena siswa yang paling dekat dengan sekolah (di zona sekolah) yang lebih diutamakan untuk diterima.
Dari feedback tersebut, diubahlah sistem ini. Bukan namanya yang diubah melainkan aturan di dalamnya. Jika sistem yang lama mengharuskan sekolah menyiapkan 80% kuota untuk siswa di zona sekolah, sekarang berubah menjadi 50%. Ini membuat calon siswa dari daerah lain punya kesempatan untuk bersekolah di sekolah sesuai dengan yang diinginkan.
Tujuan Penerapan Sistem Zonasi PPDB 2020 Terbaru
Dari perubahan yang dilakukan di sistem zonasi baru PPDB 2020, ada tujuan yang ingin dicapai.
1.Membuka Peluang Siswa Berprestasi
Kenapa terjadi protes dari orang tua tahun lalu ketika sistem zonasi pertama kali diterapkan? Karena anak-anak yang berprestasi seolah memiliki peluang yang sedikit untuk bisa diterima di sekolah favorit. Jika ternyata sekolah favorit tidak berada di zona mereka, maka mereka harus berebut kuota sebesar 20% saja.
Berbeda dengan perubahan sistem sekarang.. Jadi, mereka yang berprestasi tetap bisa memilih sekolah di luar zona tempat tinggal. Akan tetapi, mereka harus berkompetisi dengan siswa berprestasi lainnya. Dan peluangnya jauh lebih besar, yaitu sekitar 0-30%
2.Membuka Peluang Siswa Kurang Mampu
Pada dasarnya, pendidikan itu untuk semua orang. Siswa dari keluarga tidak mampupun harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Inilah tujuan paling utama kenapa sistem zonasi diterapkan.
Ada 15% kuota yang disediakan di setiap sekolah untuk menerima siswa dari jalur afirmasi. Ini adalah jalur siswa dari keluarga yang mendapatkan kartu KIP atau Kartu Indonesia Pintar. Kartu ini dipertuntukkan keluarga yang tidak mampu.
Dengan sistem ini, orang tua tidak perlu memikirkan biaya transportasi anak karena anaknya sekolah di sekolahan yang dekat dengan rumah. Jadi, kebutuhan sekolah dicukupi karena SPP gratis. Biaya transportasi tidak diperlukan karena anak bisa jalan kaki ke sekolah setiap hari.
3.Meningkatkan Kualitas Masing-Masing Sekolah
Sebenarnya, dengan adanya sistem zonasi ini, diharapkan tahun-tahun mendatang tidak ada lagi istilah sekolah favorit. Semua sekolah sama.
Dulu, sebelum diterapkannya sistem ini, sekolah favorit cenderung hanya diisi dengan anak-anak yang pintar dari berbagai daerah. Akibatnya, sekolah di pinggir kota atau di desa menjadi tempat sekolahnya anak-anak yang kurang pintar.
Begitu juga dengan guru-gurunya. Guru cenderung suka mengajar di sekolah favorit. Lebih mudah mengajar anak pintar. Di sisi lain, guru di desa mengajar ala kadarnya.
Sekarang, dengan adanya sistem zonasi, guru di setiap sekolah punya tantangan yang sama. Ada anak yang memang sudah pintar. Dan ada anak yang harus diajar lebih keras lagi agar naik level seperti anak pintar lainnya. Dan akhirnya semua guru terpacu untuk menaikkan kualitas mengajarnya masing-masing.
Kualitas pendidikan pun akan naik level.
Mungkin itulah sisi positif penerapan sistem zonasi di sekolah. Dan itu akan dirasakan ketika sistem ini sudah berjalan beberapa tahun. Karena hasilnya tidak bisa langsung dirasakan seketika sistem ini diterapkan.
Di sisi lain, harus diakui ada sisi negatifnya. Dan inilah yang menjadi dasar banyaknya keluhan dan juga protes dari orang tua.
Keluhan Orang Tua Terhadap Sistem Zonasi
Apa yang sudah terjadi di tahun lalu menjadi bukti bahwa ada sisi negatif dari penerapan sistem zonasi di dunia pendidikan. Banyak orang tua yang akhirnya kecewa. Ketika anak mereka berprestasi, mereka tidak bisa menyekolahkan anak mereka di sekolah yang terbaik jika mereka tidak berada di zona sekolah tersebut.
Di sisi lain, ada juga orang tua yang khawatir. Kekhawatiran tersebut terkait dengan menurunkan motivasi belajar anak. Biasanya, anak belajar giat karena punya motivasi agar bisa sekolah di sekolah favorit. Namun, ketika sistem ini diterapkan, anak tidak lagi punya motivasi.
Karena mereka berpikir meskipun punya segudang prestasi, mereka hanya lebih punya peluang untuk bersekolah di sekolah dekat rumah. Untung jika sekolah tersebut sekolah favorit. Mereka para siswa di desa pelosok yang pintar dan ingin belajar di sekolah favorit di daerah perkotaan seolah tidak punya peluang lagi.
Sebenarnya, peluang itu masih ada. Hanya saja, peluang tersebut semakin kecil. Yang lebih diprioritaskan adalah mereka para calon peserta didik yang berada dekat dengan sekolah.
Sisi negatif ini hanya akan bisa terjawab jika tujuan utama penerapkan sistem zonasi ini tercapai, yaitu meningkatkan kualitas guru di semua sekolah.
Jika ini terjadi, maka tidak ada lagi istilah sekolah favorit. Setiap sekolah punya kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik asalkan guru lebih kreatif dalam mengajar.
Ini menjadi tantantan tersendiri bagi guru. Sistem ini juga menjadi bukti bahwa siswa yang cerdas itu bukan karena siswanya yang sudah pintar dan rajin belajar, melainkan ada peran guru yang begitu signifikan. Dan akhirnya sistem zonasi menjadi sistem yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan, tidak hanya di sekolah kota yang megah tapi juga di sekolah-sekolah di pedesaan.
Referensi : Perhatikan, Ini Beda Zonasi PPDB 2019 dan PPDB 2020
____________________________________
Stella Maris School adalah sekolah internasional dan nasional untuk anak KB/TK hingga SMA. Salah satu visi Stella Maris yaitu “Menjadi Sekolah Dasar Terdepan dalam Penanaman Karakter Berlandaskan Iman Kristiani”. Tidak hanya mengembangkan kemampuan akademis tapi juga non akademis sesuai usia dan talenta siswa dengan tetap memperhatikan sisi psikologis. Hubungi kami untuk bertanya lebih lanjut tentang pengajaran di Stella Maris, pendaftaran sekolah ataupun beasiswa.