Dalam sebuah kesempatan di Konferensi Sekolah Katolik Indonesia pada Januari 2020, Uskup Agung di Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko menyatakan,” “Sekolah Katolik hanya akan memiliki kekhasan dan keunggulan ketika berani mengambil risiko dengan melawan arus umum dengan memberi perhatian besar bagi pendidikan iman, kepribadian, karakter dan kompetensi.”
Tantangan yang dihadapi semakin tidak mudah ketika badai pandemi COVID-19 menghantam dunia pendidikan. Peralihan dari kelas-kelas konvensional di masa sebelum pandemi menjadi kelas-kelas daring (online) menantang para pendidik keluar dari kotak sempit pendidikan formal, menjelajahi dunia maya (virtual) dan nyata. Kompetensi dan keterampilan pendidik diuji demi tetap terselenggaranya proses belajar mengajar.
Hampir satu tahun model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dijalankan. Muncul banyak diskusi atau perbincangan menyikapi perjalanan model pembelajaran tersebut. Salah satunya berupa webinar yang digelar pada Senin (08/03/2021) yang baru lalu. Tema yang diambil sejalan dengan tema Konferensi Sekolah Katolik Indonesia 2020, yakni “Sekolah Katolik, Bergerak-Berbenah-Berbuah (Di tengah Badai Pandemi)”. Bertindak selaku moderator adalah Romo Gusti Bagus Kusumawanta, dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Prof. Anita Lie, Guru Besar FKIP Unika Widya Mandala, Surabaya dan Sr Agustina Hia, Kepala Sekolah SMAK Santo Yoseph, Denpasar.
Dalam pemaparannya, kedua narasumber menegaskan tentang pentingnya mengatasi dua pokok persoalan yang umum dihadapi oleh sekolah-sekolah Katolik, yakni pertama persoalan human capital dan kedua persoalan finansial. Human capital berkaitan erat dengan mengakselerasi kemampuan pendidik yang suka tidak suka harus memiliki penguasaan teknologi berupa berbagai aplikasi untuk membantu proses pembelajaran kepada peserta didik dan kreativitas agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Sementara finansial berkaitan dengan bagaimana menarik minat masyarakat (orang tua) untuk mau menyekolahkan putra-putri mereka ke sekolah-sekolah Katolik.
Secara khusus, Sr Agustina membagikan pengalaman bagaimana menangani beragam tantangan sepanjang satu tahun ini, antara lain:
- Menyatukan langkah memberi pelayanan yang terbaik kepada peserta didik
Cara yang ditempuh adalah dengan berjuang mencari dan mendapatkan “Google Suite”, sebuah aplikasi yang dapat menyatukan seluruh warga sekolah. Kemudian membuat akun baru untuk seluruh warga sekolah dan menyatukannya dalam satu rumah, sehingga guru dan siswa berada dalam satu rumah, tidak mudah dicampuri oleh orang lain dan guru dipermudah berpindah aplikasi. Buahnya adalah mudah mengontrol proses pembelajaran.
- Kemampuan melaksanakan pembelajaran secara online
Cara yang ditempuh adalah dengan membagi guru dalam beberapa kelompok dan menunjuk guru pendamping untuk setiap kelompok. Selanjutnya mengikuti pelatihan cara memanfaatkan aplikasi dan bersedia didampingi oleh rekan-rekan muda sehingga belajar seumur hidup menjadi sangat actual serta meningkatkan daya juang dan kreativitas. Buahnya adalah rasa kekeluargaan dan persaudaraan menjadi lebih terasa.
- Ketersediaan sarana dan prasarana
Cara yang ditempuh adalah dengan mengajukan permohonan ke yayasan memaksimalkan fasilitas yang ada di sekolah. Buah yang didapat guru makin merasakan perhatian dan dukungan yayasan.
- Jam kerja guru bertambah
Hal tersebut terjadi akibat melayani siswa yang terhambat dan memeriksa hasil kerja siswa secara online. Dengan demikian guru tetap komitmen memberi pelayanan prima dan dedikasi serta loyalitas makin teruji. Buahnya adalah bersyukur masih bisa berkarya di tengah sebagian masyarakat yang harus kehilangan pekerjaan.
- Jaringan internet dan kuota
Terkadang muncul kendala kuota dari kemendikbud tidak selalu bisa digunakan. Sehingga harus menggunakan wifi di rumah atau menggunakan kuota sendiri, juga menggunakan wifi sekolah. Buah yang diperoleh semangat pengorbanan demi anak bangsa.
- Keuangan dalam kaitannya dengan SPP
Badai pandemi berimbas ke sebagian orang tua. Sekolah menempuh cara melakukan pengurangan SPP sebesar 10% dan diberi perpanjangan waktu pembayaran. Selain itu secara berkala mengingatkan orang tua. Buah yang didapatkan adalah belarasa dan empati.
- Kegiatan ekstrakurikuler terganggu
Cara yang ditempuh sekolah adalah mengaktifkan kegiatan yang bisa dilakukan secara virtual. Misalnya lomba poster, lomba film pendek, lomba menulis buku, lomba esai. lomba puisi, dan lomba menulis cerpen. Buahnya adalah bangga bisa berkarya
- Pembinaan karakter kurang maksimal
Bukan perkara mudah melakukan pendidikan karakter tanpa ada interaksi langsung. Cara yang dilakukan adalah meningkatkan kerja sama orang tua dengan guru mapel (mata pelajaran), wali kelas, dan guru BK. Selain itu melaksanakan kegiatan pembinaan secara virtual dan memanggil orang tua. Buahnya peserta didik tetap mendapatkan perhatian dan pembinaan.
Apa yang dialami oleh berbagai sekolah di tangah badai pandemi ini mengingatkan pada perkataan Peter Senge, penulis buku “The Fifth Discipline: The Art & Practice of The Learning Organization”, yakni “Today’s problem comes as tomorrow’s solution”. Barangkali apa yang dialami dan dihadapi sekolah pada saat ini akan menjadi solusi di masa depan.