Tidak terasa kita sudah memasuki bulan kedua di tahun 2021. Ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan karena kita boleh merayakan perayaan Ekaristi Jumat pertama ini. Meskipun sebagian besar dari kita harus mengikuti misa dari rumah, namun ini adalah sebuah kesempatan dan anugerah di tengah situasi yang tidak mudah akibat pandemi COVID-19.
Perayaan ekaristi masih digelar secara terbatas sebagai bagian dari upaya menekan penularan virus covid-19. Keluarga besar Stella Maris School bisa mengikuti misa melalui kanal Youtube Stema TV, live streaming dari Auditorium Getsemani Stella Maris School Gading Serpong. Dipimpin oleh Pastur Yohanes Hadi Suryono, dari Gereja Katolik Santo Laurensius Paroki Alam Sutera, misa berlangsung dengan khidmat dan sederhana.
Dalam pembukaan misa, pastur Hadi mengungkapkan rasa terima kasih kepada keluarga besar Stella Maris School karena sekolah masih punya hati, punya perhatian kepada kehidupan rohani. Memelihara kehidupan rohani akan menjadi sumber kekuatan yang tiada habisnya di tengah ketakutan, kecemasan, kegalauan, ataupun kekhawatiran karena pandemi COVID-19 belum berakhir.
Hari ini gereja merayakan pesta Santa Agatha. Agatha seorang wanita biasa, tetapi menjadi luar biasa ketika ia mempersembahkan hidupnya untuk sebuah pengabdian seumur hidup demi kemuliaan Tuhan. Tidak mudah ketika Agatha mempersembahkan hidupnya untuk sebuah tugas pelayanan. Tetapi dalam bimbingan Tuhan Agatha tetap bertahan dan ia mempersembahkan hidupnya secara total.
Apa yang dialami oleh Santa Agatha menjadi bukti nyata kasih yang Tuhan ajarkan kepada kita. Melalui sakramen baptis kita menjadi murid-murid Yesus. Melalui Kristus kita telah mengenal dan memahami sifat kasih sejati yang rela berkorban, penuh belas kasih, dan tanpa pamrih.
Hari ini Yesus mengajak kita untuk menghayati kasih sejati itu. Yesus mengajak kita untuk saling mengasihi. Ia ingin agar kita tidak hanya mengasihi saudara-saudara kita atau orang yang telah berbuat baik kepada kita, tetapi mengasihi semua orang. Mengasihi berarti keluar dari diri sendiri, tidak menjadikan dirinya sebagai pusat untuk mendapat perhatian atau dipenuhi kebutuhannya.
Memang, mengasihi musuh tidak mudah. Mengampuni orang yang kita dendam adalah hal sulit. Sebagai murid Yesus, hari ini Ia mengetuk hati kita untuk berani keluar dari sifat ingat diri dan rela membalas kejahatan mereka dengan kebaikan, rela memaafkan orang yang telah melukai hati kita dan berdamai kembali dengan mereka.
Mengasihi bukan hanya menemukan makna hidup bagi sesama, tetapi menghayati diri yang sesungguhnya, sehingga merasa betah dengan diri sendiri dan menemukan kepenuhan hidup. Itulah kebahagiaan sejati yang merupakan berkat dan sudah diterima dan dirasakan ketika masih hidup di dunia.
Sayang sekali bahwa pada zaman ini orientasi hidup banyak diarahkan pada pemenuhan kebutuhan diri yang sering kali amat dangkal, berupa materi dan rasa nyaman. Jika arus ini tidak terbendung sikap egois tetap bahkan bertumbuh subur, sedangkan dorongan untuk mengasihi tidak berkesempatan berkembang.
Memenuhi kebutuhan dalam hal fisik, material dan kenyamanan memang perlu, tetapi pendidikan ke arah pengembangan kasih jauh lebih penting. Kalau egoisme semakin berkembang dalam masyarakat, hidup bersama tidak berlandaskan penghayatan akan gambar Allah dengan saling mengasihi, tetapi saling meminta dan menuntut. Jika demikian halnya, damai sejahtera tidak akan pernah terwujud, baik dalam diri sendiri maupun dalam hidup bersama.
Hendaknya kita setia mengasihi dan tidak cepat putus asa. Karena dengan demikian kita menjadi sempurna di dalam kasih. Semoga roh Tuhan memampukan kita.
Tuhan memberkati. Amin.