Apakah Anda para orang tua setuju bahwa membangun komunikasi efektif dengan anak merupakan hal yang penting? Kami yakin bahwa Anda pasti setuju. Barangkali bukan hal yang mudah, namun sebaiknya orang tua harus berupaya agar bisa berkomunikasi secara efektif pada anak.
Inti dari komunikasi adalah menyampaikan pesan sehingga bisa diterima dan dipahami oleh si penerima pesan. Demikian pula halnya berkomunikasi pada anak. Idealnya apa yang disampaikan oleh orang tua akan bisa dipahami anak sehingga komunikasi bisa berjalan lancar. Namun, acap kali yang terjadi tidak demikian. Terkadang hal atau persoalan yang kelihatannya sederhana menjadi rumit akibat kurang efektifnya komunikasi. Pertanyaannya, bagaimana cara agar komunikasi bisa berjalan efektif? Simak beberapa tips berikut:
- Menggunakan intonasi suara yang datar dan bahasa yang mudah dimengerti anak
Meskipun Anda dalam kondisi lelah, kesal dan marah akibat keteledoran buah hati Anda, sedapat mungkin, berkomunikasilah dengan suara yang lemah lembut tanpa berteriak dan disertai bentakan. Ingatlah, anak masih belum mengerti apapun di dunia ini. Anak adalah makhluk baru yang serba ingin tahu. Cobalah mengarahkannya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tenangkan dahulu diri Anda bila sedang merasa kesal dan marah, agar anak-anak tak menjadi sasaran kemarahan.
- Menggunakan analogi cara berpikir anak
Anda juga dapat memberikan pemahaman kepada anak mengenai perilaku yang boleh dan tidak boleh secara nyata dengan memberikan penjelasan logis. Misalnya, ketika mengajak anak untuk mandi berikan alasannya, karena dengan mandi badan menjadi sehat dan segar. Anda juga bisa memberikan contoh nyata, sebab anak akan melakukan apa yang sering dilihatnya. Menanamkan nilai-nilai baik pada anak juga bisa melalui buku cerita, dongeng, atau menonton film singkat mengenai kebiasaan baik yang bisa menjadi contoh dan diterima oleh anak.
- Berusahalah untuk mendapatkan perhatian dari anak Anda
Berkomunikasi dengan posisi tubuh sejajar dengan anak dan lakukan kontak mata. Gunakan bahasa (kata-kata) yang positif. Kemudian, mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian, dan meresponnya dengan bahasa tubuh.
Contoh bahasa (kata-kata) yang positif:
“Mama dan papa menyayangimu, nak.”
“Mama dan papa kangen sama kamu, nak.”
“Bagaimana harimu, coba ceritakan kepada mama?”
“Terima kasih, ya, nak, sudah membantu mama”
“Maafkan mama, ya, karena lupa menemanimu main tadi.”
“Kalau kamu butuh apapun, bilang saja pada mama.”
- Fokus pada anak (abaikan aktivitas lain, termasuk menggunakan gawai)
Pegang kedua tangan buah hati Anda lalu minta dia berdiri menghadap Anda atau duduk di hadapan Anda saat ingin berbicara dengan anak. Pastikan anak terpusat perhatiannya pada Anda yang hendak berbicara. Setelah anak terpusat perhatiannya, mulailah ajak bicara dengan lembut. Contoh: “Sayang, Papa/Mama mau berbicara sebentar. Dengarkan baik-baik ya…” (sambil tetap memegang tangannya).
- Anak berumur di atas lima tahun harus sudah dikenalkan dengan konsekuensi
Yuk, mulai dengan hal-hal yang sepele dan ringan agar anak merasa tidak berat dalam menjalaninya. Misalnya, saat anak bermain. Berikan aturan yang jelas untuk membereskan mainannya jika mereka telah selesai menggunakannya. Jika mereka tidak melakukannya, berikan konsekuensi untuk dikurangi jatah jam menonton televisi dan lain sebagainya. Contohnya, “Jika kamu tetap tidak mau membereskan mainanmu sendiri, mulai hari ini dan seterusnya kamu hanya boleh menonton TV selama 2 jam dalam sehari.” Kemudian, beritahu sanksi yang akan anak jalani jika melanggar kesepakatan tersebut.
- Saat semua yang sudah dilakukan terasa tidak mempan untuk memberitahu anak, gunakan cara “bisikan”
Misalnya, membisikkan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. “Kakak sayang, masih mau nonton TV kan? Mama ingatkan kakak ya, kalau besok kakak masih mau nonton TV, mainannya dibereskan dulu ya.” Jika sang anak tetap tidak mengindahkan usaha kita sebagai orang tua dan melakukan pelanggaran secara kontinyu maka sudah tidak perlu banyak bicara lagi, lakukanlah tindakan yang riil. Contohnya, dengan mengamankan TV agar mereka tidak bisa lagi menonton TV saat itu. Hal ini perlu dilakukan untuk menunjukkan sikap tegas dan konsistensi kita sebagai orang tua dalam mendidiknya.
Sumber: thewriters.id