Hampir dua tahun kita mengalami pandemi. Kondisi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Banyak hal yang mau tidak mau, suka tidak suka harus disesuaikan, salah satunya proses pembelajaran di sekolah.

Untuk sementara segala kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara online atau virtual. Dari sisi orang tua sebenarnya merasa serba salah. Meski sudah menyesuaikan diri, sepertinya masih saja terus terasa berat. Masih saja kita terus khawatir jika mereka keluar rumah, tapi kekhawatiran yang sama juga menghantui jika anak-anak terus berada di rumah. Belum lagi, kita membayangkan anak-anak bisa jadi lost generation karena pelajaran daring yang belum optimal. Berbagai mogok daring pun sulit ditolak karena kasihan, tapi mau tidak mau harus dijalankan. Ancaman Covid-19 dan generasi yang hilang sama mengkhawatirkannya. Bersanding dengan angka kasus Covid-19 yang juga tidak main-main. Iya, sepelik itu rasanya menjadi orang tua dari anak-anak kecil di era pandemi.

Nah, salah satu kegiatan yang banyak dinanti adalah field trip, perjalanan mengunjungi sebuah tempat, keluar sejenak dari rutinitas, dan bonusnya bisa memperoleh pengetahuan atau wawasan baru. Namun, apa boleh buat, sekarang kegiatan tersebut tidak mungkin dilakukan. Lantas, apa solusinya?

Akan selalu ada cara untuk bertahan hidup. Dalam situasi sesulit apa pun, tetap selalu ada jalan keluar. Hal utama yang dibutuhkan seorang manusia adalah koneksi. Bagi anak-anak, koneksi yang termudah adalah melalui interaksi. Jika interaksi di kelas online pada umumnya tidak senyaman di sekolah biasa, mari kita cari cara lain untuk mereka berinteraksi dalam arena yang bukan sedang belajar di kelas. Kita carikan anak-anak arena bermain, berinteraksi, dan bersenang-senang lewat jalan-jalan virtual (virtual field trip).

Kegiatan virtual field trip bisa jadi adalah jawaban untuk harapan para orang tua di era pandemi yang serba terbatas. Anak-anak akan berkumpul bersama dan berinteraksi dengan host, pengisi acara, dan teman-teman sebayanya. Bukan tidak mungkin, pertemanan bisa dimulai dari perjalanan selama 60-90 menit berkeliling di suatu tempat. Setidaknya, pada hari itu ia tak merasa sendiri. Karena, ada teman-teman, yang juga merasakan hal yang sama dan berbagi bahagia. Pandemi harusnya tak membatasi. Pandemi akan membuat kita kuat dan terus mencari cara untuk mengatasi rasa sendiri. Pandemi bukan berarti putus koneksi. Mungkin tidak ada jumpa dan interaksi, tapi koneksi hati bisa tetap terbangun dengan bantuan jejaring gawai. Namun, jangan lupa, yang paling dibutuhkan anak justru peluk hangat, kecup, dan semangat yang datang dari orang tuanya.

Jadi tak ada salahnya jika virtual field trip juga dilakukan bersama ayah dan ibu. Kedekatan akan terus terbangun sebagai bekal menghadapi hari-hari selanjutnya.

 

Sumber: Kompas.com

Foto: Freepik

 

Untuk informasi dan pendaftaran sekolah Stella Maris School, Hubungi :

Whatsapp : 081389535377
Instagram : @stellamaris.sch
Email : info@stella-maris.sch.id
Video Kegiatan Siswa : Youtube Stella Maris

  • Post author:
  • Reading time:3 mins read