Memasuki Minggu III Prapaskah, keluarga besar Sekolah Stella Maris kembali menyelenggarakan Perayaan Ekaristi Jumat Pertama pada Jumat (05/03/2021) pukul 08.00 WIB. Misa kudus dipimpin oleh Pastor Yohanes Hadi Suryono dari Gereja Katolik Santo Laurensius, Paroki Alam Sutera. Digelar secara terbatas di Auditorium Getsemani, Sekolah Stella Maris Gading Serpong dikarenakan masih masa pandemi. Namun demikian seluruh keluarga besar Sekolah Stella Maris bisa mengikuti misa secara daring lewat kanal Youtube Stella Maris School (Stema TV).
Dalam khotbah misa kali ini, Pastor Hadi mengajak kita untuk merenungkan tentang peran yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Manusia diberikan peran masing-masing sesuai kemampuan dan talenta yang dimiliki. Menjalankan peran tersebut dengan penuh kesetiaan dan tanggung jawab adalah tugas dari setiap individu. Dalam konteks ini, munculnya egoisme dari individu akan mencelakakan diri dan merugikan orang lain. Oleh karena itu, ketekunan, kejujuran, kesabaran menjadi fondasi penting agar peran yang dijalankan bisa efektif.
Sebagai penyedia layanan pendidikan berkualitas, Sekolah Stella Maris melalui seluruh tenaga pendidik (guru) dan karyawan berupaya menjalani perannya dengan penuh kesungguhan dan semangat untuk memberikan pelayanan terbaik di dunia pendidikan. Begitu pun sebaliknya, dari sisi pengguna layanan pendidikan (murid/orang tua murid) juga memiliki peran tak kalah penting agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik. Terlebih di saat sekarang ketika pandemi dan seluruh pembelajaran dilakukan secara daring atau sering disebut Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kolaborasi yang baik antara guru, murid, dan orang tua murid menjadi penentu keberhasilan proses pembelajaran.
Setiap manusia sejatinya diberikan tugas dan tanggung jawab sosial. Manusia diciptakan Allah dengan talentanya masing-masing, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Semuanya dimaksudkan agar manusia saling melengkapi, bekerja sama, dan saling membutuhkan satu sama lain. Hidup adalah rahmat, panggilan, dan perutusan. Rahmat membuat manusia hadir dalam identitasnya yang sangat personal, dalam segala keunikannya. Dan dalam proses kehidupannya setiap manusia yang terlahir, dipanggil untuk turut serta dalam karya penyelenggaraan Ilahi, tidak terkecuali dan tidak pandang bulu. Tujuan akhirnya menjadikan hidup sebagai perutusan, karena setiap orang yang menjawab panggilan tersebut akan diutus untuk turut dalam karya penyelenggaraan Ilahi.
Jika konsep hidup adalah rahmat, panggilan, dan perutusan ini kita padukan dengan konsep tanggung jawab sosial, maka kita akan menyadari bahwa setiap manusia yang terlahir ke dunia sebenarnya diciptakan untuk berbagi talenta. Allah menghendaki kita untuk ikut membangun peradaban manusia. Ajakan ini hendaknya ditanggapi. Allah memang memberikan kehendak bebas. Jika kita tidak menanggapinya, akan ada dua implikasi. Pertama, talenta kita tidak akan optimal digunakan, bahkan bisa jadi tersia-siakan. Kedua, bisa jadi tempat yang seharusnya kita isi, tetap menjadi kosong. Tindakan seperti ini bisa mengganggu perkembangan peradaban manusia. Oleh karena itu, apapun tugas kita, jalani dengan penuh suka cita dan rasa tanggung jawab yang tinggi, karena Allah membutuhkan kita di tempat tersebut.
Tuhan memberkati.