Anda pasti sudah pernah mendengar kalimat semacam “anak ini memang bandel” yang diucapkan seseorang. Atau barangkali sudah kerap mendengar seseorang mengatakan, “Anakmu pintar banget ya, makannya selalu habis.”
Kedua contoh tersebut adalah ungkapan yang disebut labeling pada anak. Tahukah Anda, bahwa labeling atau memerikan label pada anak dengan suatu ungkapan, sebenarnya tidak baik? Ungkapan saat memberikan label pada anak tidak melulu harus negatif untuk bisa mempengaruhi psikologis mereka. Ungkapan labeling yang positif pun bisa mempengaruhi hidup seseorang hingga dewasa meski memiliki dampak yang berbeda dengan labeling negatif.
Nah, labeling, baik dengan ungkapan negatif atau positif sama-sama memiliki dampak negatif. Berikut beberapa alasan mengapa Anda sebaiknya tidak memberikan label pada anak saat mendidiknya serta membesarkannya:
- Membuat anak frustrasi
Kondisi emosional anak di masa-masa awal kehidupannya perlu dipupuk dan dibangun oleh orang tua. Yang perlu dibangun adalah rasa percaya dirinya. Dengan melabeli anak ini dan itu, anak akan merasa dirinya hanya bersifat sesuai dengan label tadi. Orang tua secara tidak sadar juga akan percaya dengan label yang diberikan. Sehingga orang tua sulit memberikan rasa empatinya pada anak yang sedang berjuang untuk mengelola perasaannya.
- Membatasi eksplorasi
Pada dasarnya manusia masih akan terus bereksplorasi hingga menemukan kenyamanan. Masa kanak-kanak adalah masa di mana eksplorasi gencar dilakukan. Sehingga perubahan-perubahan sikap masih sering terjadi. Anak sedang melatih diri untuk menemukan apa yang menurutnya nyaman ia lakukan. Jika anak sudah terbiasa dilabeli ‘pemalas’ misalnya, maka ia akan berpikir bahwa menjadi pemalas adalah hal yang akan ia tekuni dan membuatnya enggan mengeksplorasi hal baru. Begitu juga jika anak dilabeli ‘rajin’, artinya ketika di satu momen anak sedang tidak rajin, maka ia hanya akan mendapat tekanan, bukan?
- Menghambat pertumbuhan dan membatasi potensi diri
Salah satu dampak buruk memberikan label saat mendidik anak adalah terhambatnya tumbuh-kembang dan potensi diri. Mengapa demikian? Pelabelan membuat anak terbiasa mengulang kalimat-kalimat pelabelan dirinya di otak, sehingga secara tidak langsung afirmasi yang diterima oleh otaknya hanyalah pelabelan yang dia terima dan pada akhirnya membuat kinerja otak melambat dalam melakukan hal-hal yang bisa mendukung pertumbuhannya. Potensi dalam diri anak juga jadi serba terbatas karena anak berpikir apa pun yang dilakukannya label itu akan tetap melekat padanya. Padahal label yang sesungguhnya ditentukan oleh anak-anak sendiri. Bukan orang tua, tetangga, nenek-kakek atau orang lain.
- Memengaruhi perilaku
Perlu Anda ketahui bahwa label akan mempengaruhi perilaku, bukan sebaliknya. Ketika seseorang mendidik anak dengan memberi label ‘anak nakal’ atau ‘anak pintar’, maka anak akan menjadi seperti itu terus hingga dewasa tanpa bisa diubah.
Sebuah artikel dari situs National Fatherhood Initiative mengungkapkan bahwa label negatif bisa menghancurkan anak dengan rasa malu dan tidak percaya diri, sedangkan label positif menghancurkan anak dengan ego dan kesombongan yang berlebihan.
Meski tampaknya tidak mudah, bukanlah hal mustahil untuk tidak memberikan label saat mendidik serta membesarkan putra-putri tercinta. Bagi anak, ucapan dan perlakuan positif orang tua adalah hal yang paling berharga untuk mereka. Dengan menghindari pelabelan dalam mendidik anak, Anda telah mengambil keputusan bijak untuk mengoptimalkan potensi baik dalam diri anak.
Sumber: Ibupedia.com
Foto: Freepik
Untuk informasi dan pendaftaran sekolah Stella Maris School, Hubungi :
Whatsapp : 081389535377
Instagram : @stellamaris.sch
Email : info@stella-maris.sch.id
Video Kegiatan Siswa : Youtube Stella Maris